Kamis, 07 April 2011

ooooooooh (sebuah "dongeng")

Akankah genggaman ku akan hilang ketika hati penuh benci,,
Dan akankah senyum ku terhapus oleh amarah yg menguasai,,
Mungkin sudah tidak menyenangkan lagi melihat senyum ku di pagi hari..

Khilaf ku dihantam,
Kebodohan ku ditertawakan,
Kekurangan ku di hukum,
Emosi ku di bakar,

Ooooooh....
Apakah.....?!
Tak ingin ku tanyakan... Mungkin ini adanya... sebuah kesalahan, yg harus dibalas.


Jemari ini membiru mati rasa, jerat di pergelangan ku kuat mengikat. Aku terduduk, terikat dengan tangan dibelakang, dan kaki ku terikat. Lampu remang diruangan pengap ini sulit untuk melukis wajah ku. Aku mencoba mengangkat wajah ku, tetapi hantaman di tengkuk barusan membuat ku sulit melakukannya.

Pandangan ku tak fokus, belum sempat aku menangkap satu titik, sebuah hantaman telak mendarat di pipi ku, keras, membuat ku hampir terpental.

Suara jeritanku tertutup oleh suara berdenging, cairan hangat mengalir dari mulut dan hidungku, tak mampu ku menyekanya. makin sulit ku tangkap suara dan cahaya, aku mungkin sekarang tak sadar.

Aku melihat mu tertidur, senyum tipis menghiasi wajah mu, ku duduk di sisi ranjang mu, aku lukis sebuah senyum di pipi mu dengan jemari ku. Aku coba menggapai mu di mimpi mu dengan sebuah kecupan di telinga mu, membuatmu menggumam karena hangat nafas ku dan lembut ciuman ku.
Perlahan kamu membuka mata, menerawang, dan tersenyum. Sayangnya senyum mu itu menembus ragaku, sentuhan mu melewati tubuhku, detak ku tak kamu rasakan, dan aku tak bisa terlukiskan oleh kasat mata mu.
Air mata mu menetes, mengalir di pipi dan berbelok menghindari senyum mu.
Aku masih terdiam menatap mu, hanya aku yang menatap mu tersenyum.
Dan hembusan angin membawa ku pergi, meninggalkan mu, meninggalkan senyum yg ku lukiskan di wajahmu dan kecupan di telinga mu....
Aku pergi...
Meninggalkan kamu, meninggalkan senyuman di indah pagi mu.

Duaaarrrr....
Suara jeritan, dentuman, tembakan terdengar memenuhi ruangan. Empat orang polisi menyergap, seseorang tertembak pas di dada, dan seseorang lagi tak berkutik dijatuhkan seorang polisi.
Mereka menatapku yang terikat dikursi, tertunduk, darah yang masih menetes dari kepala ku.
Mereka segera melepaskan ku, dua orang paramedis mengangkatku, membaringkanku, mencoba memberi pertolongan.

Mata ku tak terbuka lagi, terjadi pendarahan di kepala ku. Denyut ku hilang,,
Kamu berlari menghampiri ku yang terbaring, kamu menangis diatas jasadku, sampai mereka menutupku.

Aku hanya melihat,, kamu sudah tak mampu menyentuhku, dan aku sudah tak terlukiskan oleh kasat mata mu...

Aku hanya berjanji, akan ada senyum yang aku lukiskan lagi di pagi hari mu,
Dan akan ada hangat kecupan ku yg membuat mu sadar bahwa aku ada...